LABEL MANAJEMEN

Pengertian Bisnis Dan Ekonomi — Document Transcript

  • 1. PENGERTIAN BISNIS DAN EKONOMI  Bisnis adalah suatu organisasi yang menghasilkan dan menjual product atau jasa yang dibutuhkan konsumen pada tingkat keuntungan tertentu.  llmu ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.  Dalam pengertian ekonomi,benda-benda atau barang dibagi 2: • Benda ekonomi : butuh usaha dan pengorbanan untuk mendapatkannya • Benda bebas : tidak membutuhkan usaha dan pengorbanan  Ada 3 hal yang penting dalam bisnis: • Semua bisnis menghasilkan barang atau jasa • Semua bisnis mencari keuntungan • Semua bisnis mencoba meneruskan keinginan konsumen  Land-tanah SDA Capital (tak berupa uang) Sumber Daya Labor SDM Enterprenuership  Mengapa kita perlu belajar bisnis • The impact of Business (pengaruh kuat bisnis dalam kehidupan sehari-hari) • Career choise (pilihan karir atau propesi) • Business ownor ship (keinginan untuk memiliki dan untuk menjelaskan kepada konsumen tentang produk yang dihasilkan)  Tujuan bisnis: • Profit (keuntungan) • Growth (pertumbuhan) • Continuity (berkesinambungan) • Stability (stabilitas) • Public Service (pelayanan umum) • Will Fare (sejahtera)  Orientasi Bisnis ada 2:
  • 2. • Profit (mencari keuntungan) • Nonprofit (tidak mencari keuntungan)  Sistem Ekonomi Sistem ekonomi yang ada di dunia ini pada dasarnya ada 2 : 1. Kapitalis peran pemerintah sangat kecil Banyak dianut oleh Negara Amerika, tujuannya untuk mendongkrak kemajuan Negara. Dalam system kapitalis para pelaku bisnis bebas menentukan harga, bebas memiliki kekayaan dan bebas berusaha 2. Komunis peran pemerintah sangat besar Di antara system kapitalis dan komunis, lahirlah sebuah system yang bernama system ekonomi mix (campuran). Indonesia menganut system ekonomi campuran karena di indonesia banyak terdapat PT, CV, Firma dimana perusahaan tersebut bebas menentukan harga, bebas memiliki kekayaan dan bebas berusaha, juga adanay BUMN, BAMD dan Koperasi.  Perenan manusia dalam bisnis: Elemen manusia merupakan inti dari bisnis,karena bisnis membutuhkan orang-orang sebagai pemilik,manager,pekerja dan konsumen.  Indentifikasi peluang bisnis Dalam mengindentifikasi peluang bisnis, ada 2 fase yang harus dilalui: 1. Fase pertama adalah untuk menemukan gagaasan atau ide. Pada fase ini ada 4 tempat untuk memperoleh gagasan yaitu: • Diri sendiri • Pelanggan • Pasar • Produk yang gagal 2. Fase kedua adalah untuk mengindentifikasi peluang bisnis dalam kaitannya dengan gagasan tadi. Dalam fase ini ada 4 langkah yang harus ditempuh secara berurutan: • Analisa persoalan • Analisa situasi • Merumuskan wilayah yang tidak diketahui • Mensurvey pelanggan sasaran
  • 3. PEMEGANG KEPENTINGAN UTAMA DALAM BISNIS  Ada 5 kelompok pemegang kepentingan yang terlibat dalam berinteraksi dalam bisnis: 1. Pemilik/wiraswasta (Enterpreunuer) adalah orang yang menorganisasi, mengelola dan mengasumsikan resiko yang dihadapi untuk memulai bisnis. 2. Manager/karyawan adalah orang yang mempunyai tanggung jawab mengelola zkeputusan-keputasan perusahaan. 3. Kreditor adalah intuisi atau badan keuangan atau individu yang memberikan pinjaman. 4. Pemasok adalah perusahaan atau orang yang mensuplay bahan baku (input) untuk diproduksi. 5. Pelanggan adalah orang atau konsumen akhir yang akan membelanjakan uangnya untuk mendapatkan produk atau apa yang mereka inginkan dan butuhkan.  Interaksi antara pemilik,karyawan,kreditor,pemasok dan pelanggan Pemilik Dana di inventasi Perusahaan di jalankan Pembelian Pelanggan Perusahaan oleh karyawan Kreditor Pemasok  Menciptakan ide bisnis Orang akan berniat menciptakan ide bisnis hanya apabila mereka mengharapkan imbalan dari usahanya,imbalan dari pemilik perusahaan dalam berbagai bentuk.Sebagian orang termotivasi karena adanya kesempatan mendapatkan penghasilan besar,ingin menjadi pemimpin tidak sekedar karyawan sehingga banyak orang yang senang dengan tantangan dan prestise dengan memiliki perusahaan.Menciptakan ide bisnis adalah menciptakan keunggulan kompetitif yang merupakan suatu sifat unik yang membuat suatu produk bisnis lebih diminati dari produk pesaingnya.  
  • MANAJEMEN SKIL
  •  

Change Your Habits, Change Your Life : 5 Kiat Ampuh Membangun Good Habits 

Hidup mungkin akan terasa menjadi lebih keren kalau saja kita memiliki serangkaian perilaku dan kebiasaan yang positif. Sebab jalan kesuksesan acapkali memang ditentukan oleh tatanan perilaku yang kita lakoni. Dan seperti yang kita semua tahu, bentangan perilaku ini dibentuk oleh rentetan kebiasaan positif yang terus kita pahat. Day by day. Year by year. Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa meng-install kebiasaan mak nyus dalam raga kita. How do we inject good habits into our body and mind? Di Senin pagi yang cerah ini, di separo perjalanan Ramadhan kita, saya mau berbagi tentang 5 kiat ampuh untuk menanamkan serangkaian good habits.
Beragam studi mengenai human behavior menyebutkan beragam cara untuk mengembangkan serangkaian kebiasaan baru (habit) agar kebiasaan itu bisa terus bertahan dalam jangka yang lama dan permanen. Berikut 5 cara diantaranya.
Kiat #1 : Start Small. Kalau Anda mau menanamkan sebuah kebiasaan baru yang menantang, ada baiknya diawali dengan small steps. Dulu ketika saya bertekad untuk berolahraga 5 kali seminggu, saya memulainya hanya dengan 10 menit per hari. Pelan-pelan durasinya saya naikkan menjadi 15 menit, 20 menit, dan kini menjadi 30 menit per hari (dokter bilang, berolahraga 30 menit per hari selama 5 kali seminggu adalah yang paling ideal).
Small wins itu penting, begitu kata para peneliti perilaku. “Kemenangan kecil” itu akan memotivasi Anda untuk terus bergerak ke level yang lebih tinggi. Sebaliknya, memulai sebuah kebiasaan baru dengan target yang langung menjulang, biasanya akan lebih mudah gagal.
So, start small. Get early wins. And then move on.
Kiat # 2 : Choose Your Friends Wisely. Kalau Anda ingin maju, bergaulah dengan orang-orang yang punya perilaku dan mindset positive. Kalau Anda mau jadi pecundang, bergaulang dengan para complainers.
You get my point : lingkungan dan peer presure itu sangat menentukan perilaku dan habit kita. Itulah kenapa Anda harus hati-hati memilih lingkungan kerja dan lingkaran pergaulan.
Pilihlah kelompok yang punya pola perilaku dan habit yang positif, dan ingin Anda tiru. Sebab tenggelam dalam lingkungan kerja yang habit-nya berantakan, akan membuat habit Anda juga dengan mudah terkontaminasi.
Kiat # 3 : Create Self Dis-incentive. Alkisah ada seseorang yang bertekad selalu shalat subuh berjama’ah di mesjid dengan tepat waktu. Wah, betapa mulianya habit ini. Namun bagi sebagian besar orang, habit ini sering cuma fantasi yang tak pernah terwujud.
Orang tersebut lalu menciptakan self dis-incentive : ia bilang kepada istrinya, setiap kali gagal shalat subuh tepat waktu di mesjid, ia akan menghukum dirinya sendiri dengan cara membersihkan WC dan kamar mandi di rumah. Begitulah, di minggu – minggu pertama, bisa dua tiga kali ia membersihkan WC lantaran gagal memenuhi tekadnya (dan istrinya hanya bisa senyam senyum karena kamar mandi di rumahnya sekarang benar-benar kinclong).
Dis-insentif (atau hukuman/punishment) yang terasa simpel (namun powerful itu) pelan-pelan menggedor dirinya untuk komit terhadap tekadnya. Kini ia hampir tak pernah telat shalat subuh di mesjid tepat waktu. 365 hari dalam setahun.
Para peneliti perilaku menyebutkan, self dis-incentive adalah salah satu cara ampuh untuk me-modifikasi perilaku. Sebab, ternyata punishment (atas perilaku yang salah) itu memiliki dampak emosional yang lebih tinggi untuk memicu motivasi ke arah yang lebih baik.
Kiat # 4 : Create Conducive Context. Benar, self motivation itu penting untuk mengubah perilaku. Namun acapkali, motivasi itu perlu bantuan konteks yang tepat. Rekayasa konteks diperlukan supaya motivasi “tidak sendirian” dalam mendorong perilaku kita.
Dulu, motivasi saya untuk berolahraga setiap hari sangat tinggi. Tapi motivasi saja tidak cukup : tekad kuat untuk berlahraga secara teratur itu tetap tinggal tekad kosong.
Sampai kemudian saya melakukan rekayasa konteks : saya membeli peralatan tredmil murah, dan kemudian saya taruh di depan kamar tidur saya. Begitulah, karena alat itu selalu nongol di depan kamar saya, rasanya saya selalu “digedor” dan “digoda” untuk menjalankannya.
Pelan-pelan saya memakai tredmill itu, namun kok cepat bosan juga. Motivasi saya meredup. Saya kemudian kembali melakukan rekayasa konteks : saya harus jogging dengan ditemani earphone music.
Dan eureka : melakukan joging di tredmil sambil mendengarkan earphone musik (musiknya gaya disco, kadang-kadang plus dangdut) itu benar-benar sukses merobohkan kemalasan saya.
Menaruh alat tredmil di depan kamar tidur dan earphone music adalah rekayasa konteks yang saya lakukan untuk membuat perubahan perilaku. Tanpa itu, motivasi saya untuk berolahraga setiap hari akan cepat lenyap ditelan angin.
Kiat # 5 : 40-Days Challenge. Ini adalah sejenis tantangan untuk memulai sebuah kebiasaan baru selama 40 hari berturut-turut. Studi menunjukkan, sebuah kebiasaan akan menjadi permanen jika ia dilakukan minimal selama 40 hari.
Ada berita bagus disini : sebuah website menyelenggarakan program 40-Days Challenge yang inovatif. Jika Anda tengah menjalankan ibadah puasa, saran saya : Anda harus join dengan program keren dan GRATIS ini.

7 Habits of Highly Effective People 

Agar kehidupan Anda bisa terus tumbuh dan berkembang, ada baiknya Anda selalu peduli dengan proses personal development. Inilah sebuah ilmu yang ingin membuat potensi dan jatidiri Anda bisa terus melesat : memberikan kontribusi dan karya yang keren bagi lingkungan kerja Anda. Nah, salah satu buku tentang personal development yang amat legendaris adalah yang bertajuk : 7 Habits of Highly effective People. Meski sudah cukup lama diterbitkan, isi buku ini saya kira tetap relevan hingga hari ini. Timeless advice from personal development guru, Stephen Covey.
Tanpa ditemani secangkir teh hangat seperti biasanya, saya ingin mengajak Anda semua untuk menelisik isi buku legendaris itu. Mencoba merasapi beberapa keping pelajaran yang penuh makna. For your personal development and personal growth.
Buku ini seperti judulnya, meng-eksplorasi tuju pilar habit yang layak dipeluk erat manakala kita mau menjadi insan yang produktif.
Tiga habits yang pertama berkaitan dengan Self Mastery. Tiga habit berikutnya adalah tentang Interdependence. Dan habit ketuju berkelindan dengan proses Self Renewal. Mari kita ulik satu per satu.
SELF MASTERY
Habit # 1 : Be Proactive. You create your own destiny. You design your own history. Semangatnya adalah agar kita selalu proaktif untuk merajut arah masa depan kita sendiri. Berani mengambil inisiatif, and take full responsibility.
Sikap pasif dan membiarkan lingkungan sekitar membentuk arah hidup kita, hanya akan membuat kita menjadi pribadi yang kering akan kontribusi. Sikap pasif juga akan membikin hidup ini terasa garing. Hanya bikin bete gitu lhoh.
Habit # 2 : Begin with The End in Mind. Lukislah ending goals yang hendak Anda bentangkan dalam kanvas kehidupan Anda yang terus berjalan itu. Bentangkan blueprint yang jelas dan menggugah tentang arah perjalanan hidup Anda : baik dalam personal ataupun profesional life.
Mulailah derap kaki Anda — dalam segala aktivitas – dengan sebuah tujuan (ending points) yang solid.
Sebab dengan itu, proses perjalanan itu akan berjalan dengan penuh harapan yang berkibar-kibar. Dan, bukankah segenggam harapan itu yang bisa terus melecut diri kita untuk berlari?
Habit # 3 : Put First Things First. Ah, betapa kita sering kehilangan waktu untuk hal-hal kecil yang tidak penting. Interupsi tanpa henti yang tidak jelas prioritasnya. Ditengah hiruk pikuk kesibukan yang terus menyergap, acapkali kita kehilangan arah tujuan yang justru lebih penting.
Jangan-jangan Anda menghabiskan waktu 80% Anda untuk sesuatu yang trivial (ndak penting); dan hanya 20% untuk sesuatu yang sesungguhnya menjadi prioritas utama.
Segera balik-kan formula itu. Put your first things first.
INTERDEPENDENCE
Habit # 4 : Think Win – Win. Di lingkungan kantor, acapkali kita melihat situasi win – loss. Ego (entah ego individu atau ego bagian) dan kepentingan diri ternyata acapkali begitu menyeruak. Spirit ini niscaya tak akan pernah membawa kita menuju kejayaan yang sustainable.
Hanya semangat win and win yang akan mengantarkan kita menuju level produktivitas yang lestari.
Habit # 5 : Seek First to Understand, Then to be Understood. Dan semangat win-win dalam pilar sebelumnya, hanya akan terengkuh jika kita mau melakukan habit kelima ini. Senantiasa mau mendengarkan beragam perspektif. Merajut dialog. Membangun empati. Berkelindan dan berjibaku untuk merumuskan kesaling-pengertian yang konstruktif.
Habit # 6 : Synergy. Bersatu kita teguh, bercerai kita kawin lagi. Sorry salah, maksudnya kita akan runtuh.
Ya, habit keempat dan kelima akan bermuara pada elemen ini : yakni tentang kekuatan sinergi, tentang indahnya membangun kerjasama tim yang kuat, dan tentang spirit untuk berbagi peran dan kontribusi demi tergapainya tujuan bersama.
SELF RENEWAL
Habit # 7 : Sharpening the Saw. Habit yang terakhir ini mengajak kita semua untuk terus mengasah ketrampilan dan pengetahuan kita. Becoming a lifetime learner. Sebab everyplace is a school and everyone is a teacher. #wuih-keren-bener-kalimatnya#
Itulah 7 Habits yang layak kita patrikan dalam sekujur sukma kita. Jika 7 pilar ini bisa terus kita praktekkan dengan istiqomah, niscaya kita semua bisa menjelma menjadi insan yang jauh lebih produktif.


Metode 5S : Membuat Kantor Anda seperti Hotel Bintang Lima 

Sebagai konsultan, saya sering berkantor di ruangan kantor klien saya. Karena klien saya beragam, saya jadi menemui lingkungan kantor yang beragam pula. Ada kantor yang agak kumuh, lengkap dengan asap rokok yang bertebaran di banyak sudut. Namun ada pula, kantor klien yang resik, tertata rapi, dan bikin hati wow setiap kali datang ke dalamnya. Masuk ke kantor yang seperti ini ibarat masuk ke lobi hotel bintang lima : bikin perasaan adem dan sekaligus bergairah. Saya berharap lingkungan kantor Anda masuk dalam kategori yang kedua itu. Sebab banyak studi menunjukkan, lingkungan kantor yang resik, nyaman, dan rapi sangat berperan dalam mendongkrak produktivitas dan kinerja karyawan.
Disinilah kita lalu berkenalan dengan konsep 5 S. Apa itu 5S dan bagaimana cara menerapkannya, kita akan membahasnya kali ini.
5S sendiri merupakan singkatan dari bahasa Jepang (sebab konsep ini memang pada awalnya dikembangkan oleh pabrik-pabrik di Jepang seperrt Toyota, Canon dan Bridgestone).
5 S adalah singkatan dari SEIRI, SEITON, SEISO, SEISUTKE dan SHITSUKE. Dalam bahasa Indonesia sering juga diganti menjadi 5R atau singkatan dari Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin. Mari segera kita ulik satu persatu.
SEIRI = Pemilahan (atau Ringkas). Elemen yang pertama ini tak lain merupakan kegiatan memilah segala barang yang benar-benar diperlukan dan kemudian menyingkirkan yang tidak diperlukan dari tempat kerja.
Sekarang coba segera tengok meja disekeliling Anda. Apakah disekitar meja Anda terdapat tumpukan dokumen usang yang sudah berbulan-bulan tidak pernah disentuh dan nyangkruk memenuhi ruangan, meja dan lemari kerja disekitar Anda.
Setiap bulan atau bahkan setiap minggu, Anda dan rekan kerja Anda mestinya melakukan proses pemilhan : untuk segera menyingkirkan dan membuang tumpukan kertas atau peralatan/spare parts bekas yang tidak lagi dibutuhkan.
SEITON = Penataan (atau Rapi). Elemen yang kedua adalah kegiatan menata tata letak peralatan/perlengkapan kerja dengan rapi sehingga memudahkan untuk mencari, menemukan, serta mengembalikan.
Aduh, staples saya dimana ya? Aduh dokumen laporan yang kemarin saya bikin ketlingsut dimana ya? File excel yang saya bikin minggu lalu saya taruh di folder apa ya?
Berapa kali ungkapan seperti itu Anda ucapkan? Pesannya jelas : semua ini terjadi karena kita jarang menata peralatan dan perlengkapan kerja kita dengan rapi. Sebagian ditaruh dengan sembarangan. Folder management juga kacau. Sehingga kadang, butuh waktu lebih dari 10 menit hanya untuk menemukan dimana laporan kita “lenyap” entah kemana.
SEISO = Pembersihan (atau Resik). Artinya jelas : yakni kegiatan bersih-bersih tempat kerja, mesin, perlengkapan dan peralatan kerja. Kalau pekerjaan Anda melibatkan banyak peralatan kerja dan mesin, seiso merupakan elemen fundamental.
Suatu saat saya pernah datang ke pabrik klien saya yang penuh dengan turbin dan mesin-mesin. Yang mencengangkan : semua tertata rapi dan lantai pabrik serta semua turbin/mesin itu benar-benar bersih dan kinclong. Saya seperti merasa masuk ke hotel bintang lima, bukan masuk ke ruangan pabrik (yang biasanya penuh dengan oli bekas dan perkakas bekas berserakan dimana-mana)
SEIKETSU = Perawatan (atau Rawat). Atau merupakan kegiatan memelihara fasilitas tempat kerja, serta peralatan kerja secara teratur. Budaya merawat ini yang amat kurang, terutama pada pegawai pemerintahan. Banyak gedung pemerintahan baru dibangun empat bulan, namun sudah kumuh dan WC-nya jorok. Membangun itu mudah, namun merawat dengan penuh ketekunan adalah hal lain.
SHITSUKE : Pendisiplinan (Rajin). Artinya bagaimana empat elemen diatas dilakoni secara istiqomah, dan lantas bisa menjadi sebuah kebiasaan/disiplin kerja yang kokoh. Elemen 4S diatas hanya akan bisa berjalan, jika elemen shitsuke ini dijalani dengan penuh ketekunan.
Kalau kantor Anda sekarang sudah memiliki proses dan program 5S, great, silakan diteruskan dengan konsisten. Jika belum, saat ini juga Anda perlu memelopori budaya 5S ini di lingkungan kantor Anda.
Budaya kerja 5S ini powerful dan bersifat menular : artinya begitu 5S atau 5R ini telah menjadi budaya, maka pelan-pelan kinerja beragam bidang di organisasi itu juga ikut menjulang. Banyak perusahaan yang melalui metode 5S ini akhirnya mampu melakukan transformasi kinerja bisnisnya secara dramatis.
Oh dan tentu saja, lingkungan kantor mereka menjadi adem, asri dan nyaman untuk dihuni.

3 Elemen Jitu untuk Melakukan Presentasi yang Memukau 

Sebagai seorang pekerja profesional, pasti ada suatu ketika dimana Anda diminta untuk melakukan presentasi. Temanya bisa beraneka : bisa tentang rencana program kerja departemen Anda, bisa tentang rencana ekspansi bisnis dan strategi korporat, atau juga tentang sosialisasi kebijakan perusahaan. Tentu saja kita semua ingin men-deliver sesi presentasi itu dengan indah – sebuah sesi yang semoga bisa terus dikenang oleh para audiens. Dan bukan sebuah sesi presentasi yang garing nan membosankan, yang membuat para pendengar ngantuk, dan sebagian yang lain malah sibuk asyik ber-BBM.
Jadi kiat jitu apa yang mesti diusung kala kita mau men-deliver sebuah sesi presentasi yang memukau? Elemen apa saja yang mesti dirajut menjadi sinergi yang solid dan kokoh? Di pagi yang cerah ini, kita mau menelisik cara untuk meningkatkan ketrampilan presentasi kita secara optimal.
Beruntung kini telah hadir sebuah buku yang persis berbicara tentang tema itu. Judul bukunya pas dengan tema kita kali ini : PRESENTASI MEMUKAU – Bagaimana Menciptakan Presentasi Luar Biasa.
Penulis buku itu adalah Muhammad Noer, pembaca setia dari blog Strategi + Manajemen yang keren ini. Noer sendiri adalah sosok yang cukup unik. Dia kini bekerja sebagai salah satu Manajer Talent Development - Unilever Global dan berkantor di Singapore. Tugasnya men-develop SDM untuk wilayah lintas negara. Di sela-sela kesibukannya keliling Asia, toh ia masih sempat menulis sebuah buku – yang isinya amat mendalam, dan kemudian membagikannya secara gratis kepada publik (now, that’s the power of sharing).
Secara komprehensif, buku yang ditulis oleh Muhamad Noer ini memetakan elemen-elemen kunci yang perlu diracik untuk melakukan presentasi yang memukau.
Secara garis besar, saya menyebutnya dengan formula seperti ini : Great Content + Great Design + Great Delivery = AMAZING PRESENTATION. Mari kita telisik satu persatu.
Great CONTENT. Sebuah presentasi cemerlang selalu dimulai dengan konten yang bergizi. Jika Anda mau mempresentasikan program kerja departemen Anda, pastikan bahwa isi program itu komprehensif dan sistematis. Jika mau mendeliver tentang strategi bisnis, pastikan bahwa isinya telah mencakup semua aspek tentang strategi. Dan jika Anda mau presentasi tugas kuliah tentang talent management misalnya, maka pastikan isinya sudah mencakup isu-isu mutakhir tentang tema tersebut.
Kunci membuat konten yang bagus sebenarnya simpel saja : wawasan Anda tentang tema presentasi memang luas dan mendalam. Dan Anda paham benar dengan bahan yang mau di-deliver. Tanpa dua aspek ini, forget it.
Great DESIGN. Tak cukup sekali saya melihat presentasi oleh banyak pembicara (bahkan yang sekelas doktor/profesor) yang didesain dengan amat memilukan.
Konten mungkin bagus. Namun sayang sekali, semuanya dibungkus dalam slide powerpoint yang tak menarik. Kalimat-kalimat dalam slides yang terlalu panjang (dan terlalu kecil). Tidak ada ilustrasi gambar dan grafik yang menawan. Tidak ada style font (huruf ) dan size yang baku dan keren. Tak ada cuplikan video dan musik yang memikat sebagai selingan. Pendeknya, tayangan dalam powerpoint slide menjadi amat garing dan membosankan.
Solusi membuat slides dengan desain yang menarik diulas panjang dalam buku itu, termasuk contoh-contohnya. Inti yang harus diingat : slides haruslah didesain dengan kepekaan visual yang baik. Setiap kalimat dan gambar dalam slides harus di-desain secara elegan dan mempertimbangkan elemen estetika yang kuat.
Great DELIVERY. Setelah konten bagus, desainnya oke, maka sekarang giliran Anda : bagaimana Anda menyampaikan semuanya dengan memikat.
Ingat selalu aspek-aspek ini ketika kelak Anda mau melakukan presentasi : intonasi suara yang pas dan mencerminkan kepercayaan diri (dan bukan suara lirih dan sering berdehem); tatapan mata yang proporsional ke semua audiens (please deh, matanya jangan hanya lihat slide presentasi); serta gerak tubuh yang interaktif (sebab dengan begitu audiens akan merasa akrab dengan Anda).
Tiga elemen kunci diatas – conten, design and delivery – diulas tuntas dalam buku ini. Jika Anda mampu mempraktekkan semua elemen itu dengan efektif, percayalah : Anda akan terus dikenang sebagai seorang presenter yang memukau, asyik dan keren.

Powerful Financial Planning Tips for Your Financial Health 

 Financial planning atau ilmu perencanaan keuangan adalah serangkaian prinsip-prinsip utama yang kudu kita lakoni dalam mengelola keuangan pribadi atau keuangan keluarga kita. Kudu kita lakoni sebab dengan itu kita mungkin bisa meraih kesehatan finansial (financial health) yang mak nyos.

Tak pelak, problem keuangan adalah salah satu faktor utama yang acap memicu stress seseorang. Dan menurut sejumlah penelitian, kalau ada orang melamun, maka topik yang paling sering ia lamunkan adalah soal keuangan (selain soal sex). Salah satu sumber utama penyebab orang susah tidur ternyata juga soal keuangan (terutama jika uangnya ndak cukup untuk bayar utang).
Nah di pagi ini, saya ingin berbagi tiga tips powerful mengenai financial planning. Dengan itu, mudah-mudahan Anda semua kelak bisa mendapatkankan financial health yang prima. Dan tentu bisa tidur nyenyak sambil bermimpi indah tentang the beauty of financial freedom.
Dalam wacana mengenai financial planning, sejatinya ada tiga jenis rasio keuangan yang wajib kita penuhi. Mari kita telisik satu per satu.
Rasio # 1 : Rasio Biaya Hidup / Pendapatan. Ini adalah rasio keuangan klasik yang tetap akan relevan sepanjang zaman. Jangan, dan jangan pernah kita hidup dengan biaya bulanan yang lebih besar di banding total pendapatan yang kita peroleh. Ada sebuah pepatah indah bilang : kita boleh mati tanpa meninggalkan harta sepeserpun, tapi jangan pernah kita mati dengan meninggalkan hutang.
Problemnya, banyak orang yang kini terjebak utang lantaran biaya selalu lebih besar daripada pendapatan. Apalagi dengan rayuan kartu kredit dan Kredit Tanpa Agunan yang terus melambai-lambai itu. Akibatnya, dengan bungan pinjaman yang mencekik dan berbunga-bunga, tanpa sadar hutang kita bisa membengkak hingga ratusan juta rupiah (alamak).
Rasio pertama ini juga bisa menentukan apakah Anda sehat secara keuangan atau tidak. Orang dengan gaji 5 juta dan pengeluarannya hanya 4 juta/bulan, sebenarnya LEBIH KAYA dibanding orang dengan gaji 15 juta tapi biaya bulanannya menembus angka 20 juta. Financial IQ orang yang pertama itu lebih tinggi dibanding yang kedua.
Rasio # 2 : Rasio Cicilan. Ternyata 70% orang Indonesia kalau membeli sepeda motor atau mobil atau rumah pasti menggunakan fasilitas kredit. Alias dengan hutang, yang kemudian dibayar setiap bulan dengan cicilan.
Nah lalu berapa rasio ideal untuk alokasi buat dana cicilan tersebut? Menurut pakar financial planning sebaiknya tidak lebih dari 30 % total pendapatan kita (kalau istri dan suami sama-sama bekerja ya digabung pendapatannya). Jadi kalau total pendapatan adalah 15 juta, maka alokasi dana untuk cicilan maksimal ya 5 juta.
Kalau dana untuk cicilan itu (cicilan KPR, mobil, motor atau cicilan hutang lainnya) lebih dari 30 % total pendapatan, maka kondisi keuangan Anda sebenarnya sudah masuk kategori kurang sehat. Hmm, jadi berapa besar total dana cicilan Anda saat ini?
Rasio # 3 : Rasio Dana Darurat. Dana darurat artinya adalah semacam safety fund jika sewaktu-waktu Anda menemui kejadian darurat, misal anggota keluarga sakit kritis, ada kejadian bencana alam, atau bahkan mendadak Anda kena PHK.
Nah, tanpa simpanan dana darurat, dengan uang dari mana Anda akan menghadapi semua kejadian kelam diatas? Dengan uang dari Hongkong?
Menurut sejumlah pakar financial planning, besarnya simpanan dana darurat itu minimal 10 kali gaji bagi yang sudah menikah dan 5 kali gaji bagi yang masih lajang.
Jadi kalau total pendapatan Anda adalah 5 juta per bulan, maka mestinya Anda punya simpanan dana cadangan sebesar 50 juta rupiah (bagi yang sudah menikah). Nah kalau belum mencapai 50 juta, lalu bagaimana dong? Lhah kok malah nanya saya.
Begitulah teman, tiga jenis rasio keuangan yang berguna untuk panduan financial planning kita. Mudah-mudahan kondisi keuangan Anda saat ini semuanya sudah menuju jalur yang benar dan sehat.

Mind Map : Tool Ampuh untuk Melejitkan Produktivitas Anda 

 

Pekerjaan rasanya kok tidak pernah berhenti, dan mau diajak untuk rehat sejenak. Tumpukan pekerjaan rasanya terus mengalir, menyapa kita dalam setiap sudut kesempatan. Pekerjaan yang satu belum kelar, yang lain sudah menyusul. Meeting yang satu masih separoh jalan, sudah ditunggu jadwal meeting lainnya. Belum lagi, laporan ini itu yang sudah harus rampung minggu depan. Panorama semacam diatas sejatinya banyak kita alami. Ditengah belantara pekerjaan yang terus menggelontor itu, kita kemudian tak jarang kehilangan arah. Kehilangan navigasi untuk menuntut kita ke jalan yang penuh dengan aroma produktivitas dan kreativitas yang berlimpah.
Dijalan itulah kemudian kita disapa dengan sebuat metode yang disebut MIND MAP. Apa itu mind map dan contoh praktis aplikasi-nya akan kita jelujuri di Senin pagi yang sangat indah ini (for me, every day is a beautiful day. Ndak tahu dengan Anda).
Mind map pada dasarnya merupakan sebuah cara untuk membantu kita membuat peta jalan secara visual. Visualisasi peta jalan ini diharapkan akan mendorong kita menghasilkan solusi pemecahan masalah dengan lebih optimal ataupun lebih kreatif.
Langkah praktis untuk membuatnya adalah seperti ini : bayangkan Anda akan melakukan sebuah proses personal development yang mampu membuat Anda makin produktif. Maka dengan mind map, langkah pertama yang Anda lakukan adalam membuat lingkaran dimana didalamnya terdapat tulisan “Personal Development”.
Lalu dari lingkaran sebagai titik sentral itu, Anda bisa membuat cabang-cabang garis baru, masing-masing dengan tema yang mendorong proses Personal Development. Misal masing-masing garis (line) itu berisikan : “Ikut Kursus Manajemen Bisnis di IPPM”, “Mencari Mentor yang Berpengalaman”, “Membaca buku”, “Rajin visit ke blog Strategi Manajemen” atau “Aktif mengaplikasikan teknik manajemen”.
Kemudian masing-masing garis tema itu, juga bisa dikembangkan lagi dalam cabang garis yang lebih detil. Misal dalam tema “Visit Blog Strategi”, Anda bisa membuat cabang-cabang garis (line) baru, masing-masing berisikan tulisan : “Read”, “Print the article”, “Share and Discuss”. Begitu seterusnya, dan ini juga dilakukan untuk semua tema seperti yang dicontohkan diatas.
Contoh gambar visual sederhana untuk teknik mind map bisa dilihat dalam diagram berikut.

Contoh diatas menggambarkan sebuah proses mind map yang simpel : didalamnya dipetakan tentang apa saja yang perlu dikerjakan sehubungan dengan rencana kepergian ke US (US trip).
Seperti yang terlihat dalam contoh diatas, proses visualisasi gagasan melalui mind map ini bisa dengan mudah dilakukan di atas sehelai kertas dan cukup dengan sebuah pensil.
Contoh lain berikutnya ini adalah mind map untuk persiapan melakukan job interview.

Manfaat dari teknik mind map ini adalah membantu kita untuk memvisualkan gagasan pemecahan masalah atau rencana kerja secara komprehensif. Dengan cara visualisasi semacam ini, otak kita didorong untuk mampu berpikir secara lebih integratif.
Jika dipetakan secara detil, maka visualisasi gagasan dalam mind map itu akan mampu menuntun kita untuk memetakan penyelesaian sebuah tugas/projek/pekerjaan dengan optimal dan cepat. Seringkali visualisasi mind map dalam satu halaman ini yang powerful ini bisa disusun hanya dalam hitungan menit.
Mind map artinya adalah “peta pikiran”. Jika dipraktekkan, mind map ini memang benar-benar akan membantu otak dan pikiran kita dalam menyusun “peta” yang komprehensif dan powerful dalam menuntaskan pekerjaan.
Sebagai sebuah latihan, mungkin segera setelah membaca artikel ini, silakan Anda ambil sehelai kertas dan sebuah pensil. Lalu coba gambarkan mind map untuk memetakan jalan hidup Anda 10 tahun ke depan. Mudah-mudahan gambar mind map-nya menghasil bentuk visual yang mak nyos.

Japan Disaster dan Crisis Management 

 Crisis management, kita tahu, merupakan salah satu ranah dalam ilmu manajemen. Bidang ilmu ini dirajut untuk membekali diri kita  berjibaku merespon krisis yang acapkali datang dengan tak terduga, dan dengan efek destruksi yang begitu memilukan (Japan disaster adalah contoh terkini tentang krisis yang datang bertubi-tubi dan terus meneror hingga hari ini).

Kepiawaian meracik ilmu crisis management mungkin bisa membawa kita melenting dari hantaman krisis yang sekonyong-konyong datang. Sebaliknya, kegagalan dalam menerapkan prinsip crisis management secara jitu, bisa membawa kita terkoyak dalam nestapa yang kelam dan penuh duka lara.
Lalu, prinsip apa yang kudu dicermati kala kita mau menjalani crisis management yang tangguh? Yang bisa membuat kita bisa terus bertahan meski gempa skala 9.1 richter menerjang, dan gelombang air 10 meter terus menderu? Dari best practices tentang crisis management, kita mau mengudap tiga prinsip utama didalamnya.
Prinsip pertama adalah ini : sajikan informasi tentang krisis dengan jelas, kredibel dan transparan. Saat krisis, semua pihak akan tenggelam dalam kepanikan. Dan sungguh tak ada yang lebih berbahaya di saat seperti itu, dibanding munculnya informasi yang simpang siur, menyesatkan atau bahkan tidak terbuka.
Kita lalu terkenang dengan tragedi Chernobyl yang kelam itu : ketika di sebuah malam yang sunyi, di Ukraina sana, sebuah reaktor nuklir mbledos. Ajaibnya, semua informasi tentang krisis itu ditutup rapat oleh pihak otoritas. Dunia bingung, tak tahu apa bantuan apa yang harus disalurkan. Beberapa minggu kemudian (ketika semuanya sudah terlambat), informasi yang amat perih itu datang : kebocoran radiasi telah melayang begitu jauh, dan lebih dari 500 ribu orang telah terkontaminasi, lalu terbujur kaku menuju alam baka.
Karena itu, pemberian informasi yang terbuka (transparan), jelas (tidak simpang siur) dan kredibel (tidak bohong) adalah salah satu elemen penting untuk mengendalikan agar krisis tidak terus terbang jauh.
Prinsip yang kedua : dalam krisis, respon yang cepat, sigap dan tepat sasaran amat diperlukan. Sebab tak ada yang lebih membikin perih, ketika guncangan datang, kita lalu dibiarkan merana tanpa solusi. Sebab, sekali lagi, kelambanan hanya akan membuat krisis menjadi lebih mengerikan.
Kita tentu tak ingin sikap yang amat lamban itu kembali terjadi : persis seperti tragedi bocornya gas beracun pabrik kimia milik Union Carbide di Bhopal India sana (1984). Birokrasi aparat yang lamban, ditopang dengan buruknya pola manajemen para pengelola pabrik, membuat kebocoran itu terus meneror hingga berminggu-minggu. Akibatnya fatal : 15 ribu orang pelan-pelan mati disergap udara biru yang senyap nan mematikan.
Sebaliknya, kita ingin sikap cepat yang justru muncul. Persis seperti krisis yang sebenarnya sama konyolnya. Pada suatu ketika produsen Johnson and Johnson (yang terkenal dengan bedak bayi JJ itu) pernah membuat kesalahan fatal : jutaan obatnya tercampur racun cyanida (lebih mematikan dibanding racun tikus), dan aha, jutaan obat itu telah telanjur beredar. Benar saja, dalam hitungan hari 7 orang tewas seketika sesaat setelah minum obat mereka.
Beruntung CEO Johnson and Johnson langsung mengambil keputusan dan tindakan dengan cepat : dalam hitungan hari, jutaan obat yang telah beredar segera di-recall dan dimusnahkan; meski nilai seluruh obat itu setara dengan angka satu trilyun lebih. Tanpa keputusan yang sigap, tragedi yang mirip Bhopal mungkin bisa terulang disini.
Prinsip ketiga : dalam mengendalikan krisis, sebaiknya orang nomer satu yang langsung memimpin proses recovery-nya. Dalam organisasi bisnis, berarti CEO yang langsung turun (persis kasus JJ diatas) atau kalau dalam organisasi pemerintah, bisa presiden, gubernur atau walikotanya. Yang tak kalah penting, keterlibatan orang nomer satu ini juga disertai dengan koordinasi yang terpadu, sigap dan sikap yang inspiring.
Dua eksemplar indah bisa segera dihadirkan disini. Yang pertama, kehadiran presiden Chili Sebastian Pinera, dalam sebuah operasi penyelamatan paling mengharukan atas 33 pekerja tambang yang berminggu-minggu terjebak di gua sedalam 700 meter. Kehadirannya yang merakyat, mati-matian menyelamatkan penduduknya, sungguh membuat semua pihak dalam krisis itu merasa mendapatkan inspirasi yang kokoh.
Contoh lainnya adalah kehadiran sang walikota New York, Rudolph Giuliani ketika krisis robohnya Twin Tower di jantung kota Manhattan. Kehadirannya yang tanpa kenal lelah menyemangati para korban dan para petugas pemadam kebakaran dalam mengendalikan krisis telah membuat ia dikenang sebagai “the Man who saves New York”.
Demikianlah, tiga prinsip utama yang mungkin layak dicermati dalam proses mengendalikan krisis atau crisis management, yakni : 1) informasi yang jelas dan kredibel, 2) tindakan yang cepat dan sigap, 3) disertai dengan hadirnya sang top leader yang inspiring.
Setelah tiga pilar itu, selebihnya adalah doa dan sikap tawadhu : bahwa dibalik setiap krisis selalu tersimpan sekeping berkah dari Yang Maha Kuasa untuk kita renungkan bersama.

 

No comments:

Post a Comment